PENGARUH TEHNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT – TIDUR KLIEN DI RUANGAN VIP-B RSUD BIMA

23 12 2010

PENGARUH TEHNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT – TIDUR KLIEN DI RUANGAN VIP-B RUMAH SAKIT UMUM DAERAH  BIMA

INFLUENCE OF PROGRESSIVE RELAXATION TO ACCOMPLISHMENT OF REQUIREMENT OF REST-SLEEP CLIENTIN ROOM OF VIP-B  PUBLIC HOSPITAL DISTRICT BIMA

A. Haris AB., SST. MPH.       Muhtar, S.Kep.Ns.

Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Program Studi Keperawatan Bima

 

 

ABSTRACT

Technique of practice of relaxation progressive as one of  technique of muscle relaxation have proven or there are satisfying result in therapy program to muscle stress capable to overcome sigh of Anxietas, insomnia, tired, muscle cramps, neck pain in bone and waist, high blood pressure, light phobia and stutter. The bearing between technique of relaxation and accomplishment of requirement from sleep and rest is very hand in glove because sleep and rest depended from muscle relaxation

This research type is Pra Eksperiment by using approach of One Group Pra Test – Post Test Design with population are all clients of fell trouble accomplishment of requirement of rest-sleep in room of VIP-B RSUD Bima. Intake of sample by purposive sampling with amount of sample counted 20 responden.  Instrument that the writer used is technique guidance of progressive relaxation, kuisioner and guidance of observation. Then, gathered the data tabulation in frequency distribution table as according to accurate sub variable and analyzed by using test of t-test.

The result of research show storey, level accomplishment of requirement of client sleep and rest before conducted by technique of relaxation progressive reside in category sleep less (100%) and after conducted by technique of relaxation progressive reside in  category sleep enough (60%) and good sleep (40%). Pursuant to result of the test of statistic t-test got by value of t-count equal to 11,481 with degree of freedom (df) 19 and level of significance 0,000. It is indicate that t-count > t-table (11,481 > 1,729). Therefore, Ho is refused and Ha is accepted. It means there is technique effective of progressive relaxation to accomplishment of requirement of rest-sleep client in room of VIP-B RSUD Bima.

The conclusion of this research there is technique effective of progressive relaxation to accomplishment of requirement of rest-sleep client in room of VIP-B RSUD Bima.

Key word : Technique of progressive relaxation,  Requirement of Sleep-Rest.

 

Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar dapat mempertahankan status kesehatan pada tingkat yang optimal. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat penting bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut cukup, maka jumlah energi yang diharapkan untuk memulihkan status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi (Alimul, 2006).

Hospitalisasi atau dirawat di rumah sakit terbukti dapat menyebabkan gangguan istirahat-tidur, ketidakmampuan klien mendapatkan posisi yang nyaman dan rasa nyeri merupakan penyebab tersering gangguan istirahat-tidur (Hirnle, 2000).

Menurut Carpenito (1995) dalam Alimul (2006) Gangguan pola istirahat-tidur secara umum merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami atau mempunyai resiko perubahan dalam jumlah dan kualitas pola istirahat – tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan. Gangguan ini terlihat pada klien dengan kondisi yang memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman didaerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk.

Tindakan keperawatan mandiri yang bisa diberikan kepada klien sebagai alternatif yang dapat dipilih untuk mengatasi gangguan istirahat – tidur adalah dengan menciptakan lingkuangan keperawatan yang tenang, membatasi pengunjung, menganjurkan klien tehnik relaksasi, masase punggung dan latihan guided imageri (Mija, 1995).

Tehnik latihan relaksasi progresif sebagai salah satu tehnik relaksasi otot telah terbukti atau terdapat hasil yang memuaskan dalam program terapi terhadap ketegangan otot yang mampu mengatasi keluhan anxietas, insomnia, kelelahan, kram otot, nyeri leher dan pinggang, tekanan darah tinggi, phobia ringan dan gagap (Asmadi, 2008). Kaitan antara tehnik relaksasi dan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur sangat erat, karena istirahat dan tidur tergantung dari relaksasi otot (Hirnle, 2000).

Perawat mempunyai kontak paling lama dengan klien, sehingga peran perawat dalam upaya penyembuhan klien menjadi sangat penting, termasuk dalam menangani klien dengan gangguan istirahat – tidur, perawat perlu mengetahui kebiasaan (rutinitas) yang dilakukan klien sebelum tidur agar dapat mengatasi penyebab gangguan tidur. Perawat juga perlu bertukar pikiran dengan klien tentang cara-cara mengatasi masalah tidur dan memberikan informasi tentang cara-cara memenuhi kebutuhan tidur, meskipun profesi lain juga tidak kalah pentingnya. Perawat harus berani mengaplikasikan secara profesional kemampuan kognitif, ketrampilan psikomotor dan afektifnya di tatanan klinik dengan penuh keyakinan dan percaya diri, karena kenyataan di lapangan tindakan keperawatan mandiri dalam penanganan klien dengan gangguan istirahat – tidur jarang dilakukan dan sedikit ditemui dalam catatan dokumentasi keperawatan klien.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat Pengaruh tehnik relaksasi progresif terhadap pemenuhan kebutuhan istirahat – tidur klien di ruangan VIP-B Rumah Sakit Umum Daerah Bima. Mengingat bahwa klien yang sakit dan dirawat dirumah sakit ada kecenderungan mengalami gangguan istirahat–tidur, sementara istirahat-tidur sangat tergantung dari kemampuan klien mendapatkan kenyamanan serta relaksasi otot dan psikisnya, oleh karena itu relaksasi progresif dapat diberikan sebagai salah satu alternatif tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan istirahat – tidur klien.

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi baik bagi pasien secara langsung maupun bagi institusi pelayanan kesehatan dan institusi pendidikan kesehatan serta bagi perkembangan ilmu keperawatan dalam meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan istirahat – tidur klien.

METODE

Desain yang digunakan adalah “Quasy Eksperiment Design” dengan menggunakan pendekatan One Group Pra Test – Post Test Design. Subjek penelitian dipilih menggunakan metode purposive sampling berdasarkan criteria inklusi dan eksklusi dari klien rawat inap yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur di ruangan VIP-B RSUD Bima. Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa kuesioner dan pedoman observasi serta Visual Analog Scale (VAS). Insrumen lain yang digunakan adalah pedoman pelaksanaan tehnik relaksasi progresif. Analisa data menggunakan statistik parametris dengan pendekatan t-test. Untuk mengetahui pengaruh tehnik relaksasi progresif terhadap pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur klien di ruangan VIP-B RSUD Bima, peneliti menggunakan taraf signifikansi (α = 0,05).

 

 

 

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Tabel  1.    Karakteristik responden penelitian di Ruangan VIP-B RSUD Bima,  Oktober  2010.

No Karakteristik Responden F %
1. Umur

  1. 18 – 25 tahun
  2. 26 – 39 tahun
  3. 40 – 45 tahun
411

5

2055

25

2. Jenis Kelamin

  1. Laki-laki
  2. Perempuan

12

8

60

40

3. Tingkat Pendidikan

  1. SD
  2. SMP
  3. SMA
  4. Sarjana

3

5

10

2

15

25

50

10

Total 20 100

Berdasarkan tabel 1 diatas, diketahui bahwa mayoritas responden berumur 26-39 tahun (11 orang / 55%), berjenis kelamin laki-laki (12 orang / 60%) serta berpendidikan menengah (SMP dan SMA sebanyak 75%).

Pemenuhan Kebutuhan Istirahat-Tidur Klien Sebelum Pemberian Tehnik Relaksasi Progresif.

 

Tabel  2     Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat-Tidur Sebelum Pemberian Tehnik Relaksasi Progresif di Ruangan VIP-B RSUD Bima,  Oktober  2010.

No. Kategori Frekuensi (Orang) Prosentase (%)
1.2.3. Tidur BaikTidur CukupTidur Kurang 0

0

20

0

0

100

Jumlah 20 100

Berdasarkan distribusi (tabel 2) pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur klien sebelum diberikan teknik relaksasi progresif didapatkan bahwa 100% responden dengan kategori tidur kurang. Hal ini sesuai dengan kriteria inklusi dari penelitian yang salah satunya adalah klien rawat inap yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur yang terindentifikasi berdasarkan instrumen penelitian.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh data bahwa klien yang yang mengalami gangguan istirahat-tidur mengalami gangguan dalam memulai tidur dan mempertahankan tidur, hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang telah dijawab oleh responden. Dimana hasil yang diperoleh adalah item soal nomor 1, 2, 3 dan 8 merupakan item dengan skor nilai tertinggi.

Dari data diatas bukan berarti semua klien yang rawat inap di ruangan VIP-B RSUD Bima mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur. Klien yang teridentifikasi tidak mengalami gangguan istirahat-tidur berdasarkan instrumen penelitian tidak dilibatkan dalam penelitian ini karena tidak sesuai dengan kriteria inklusi.

Berdasarkan teori yang menyatakan bahwa tidur adalah pengalaman subjektif, hanya klien yang dapat melaporkan apakah tidurnya cukup dan nyenyak atau tidak. Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai, atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktifitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar (Alimul, 2006).

Pada keadaan normal orang dewasa tidur pada malam hari rata-rata 6 sampai 8½ jam, tetapi hal ini bervariasi. Orang dewasa juga jarang sekali tidur siang. Orang dewasa yang sehat membutuhkan cukup tidur untuk dapat tetap berpartisipasi dalam kesibukan aktifitas yang mengisi hari-hari mereka. Akan tetapi perubahan status kesehatan, stres fisik dan psikologis, perubahan lingkungan, stres pekerjaan, perubahan hubungan keluarga dan aktifitas sosial dapat menyebabkan seseorang kesulitan memulai dan/atau mempertahankan tidur (Potter & Perry, 2006).

Seseorang yang menderita penyakit tertentu dan dirawat di rumah sakit mempunyai masalah  kesulitan tertidur atau tetap tertidur. Rasa sakit yang dialami, kesulitan memperoleh posisi yang nyaman, penggunaan obat-obatan, serta perubahan lingkungan fisik adalah beberapa faktor yang mengganggu terpenuhinya istirahat-tidur klien (Hardinge & Shryock,2003).

Berdasarkan teori diatas dan dikaitkan dengan hasil penelitian menunjukan bahwa klien yang dirawat di rumah sakit dengan kondisi sakit yang dialaminya dapat mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur. Gangguan ini dapat berupa kesulitan memulai tidur, gangguan dalam mempertahankan diri untuk tetap tertidur serta gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur. Hal ini terjadi sebagai akibat perubahan status kesehatan, kondisi sakit yang dialami serta perubahan lingkungan.

Pemenuhan Kebutuhan Istirahat-Tidur Klien Sesudah Pemberian Tehnik Relaksasi Progresif.

Tabel  3     Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat-Tidur Setelah Pemberian Tehnik Relaksasi Progresif di Ruangan VIP-B RSUD Bima,  Oktober  2010.

No. Kategori Frekuensi (Orang) Prosentase (%)
1.

2.

3.

Tidur BaikTidur CukupTidur Kurang 8

12

0

40

60

0

Jumlah 20 100

Berdasarkan data penelitian didapatkan pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur responden setelah pemberian tehnik relaksasi progresif dimana 12 orang (60%) responden dengan kategori tidur cukup dan sebanyak 8 orang (40%) responden dengan tidur baik atau terpenuhi kebutuhan istirahat tidurnya (tabel 3).

Data diatas didukung oleh teori yang yang menyatakan bahwa relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stres. Tehnik relaksasi dapat digunakan pada saat individu dalam keadaan sehat atau sakit. Tehnik relaksasi tersebut merupakan upaya pencegahan untuk membantu tubuh segar kembali dan beregenerasi setiap hari (Potter dan Perry, 2006).

Selain itu, latihan relaksasi dapat bermanfaat pada saat menjelang tidur, pernapasan yang lambat dan dalam selama 1 atau 2 menit memberikan ketenangan. Kontraksi dan relaksasi otot berirama mengurangi ketegangan dan menyiapkan tubuh untuk beristirahat. Imajinasi terbimbing dan berdoa juga dapat meningkatkan tidur (Kusyanti, 2003).

Sedangkan teori lain menyatakan bahwa, Seseorang akan tertidur hanya jika ia telah merasa nyaman dan relaks, perawat dapat menganjurkan dan menggunakan beberapa tindakan untuk meningkatkan rasa nyaman seperti menganjurkan klien memakai pakaian malam yang longgar, menjaga tempat tidur agar tetap bersih dan kering, mengatur posisi dan menopang bagian tubuh yang menggantung untuk melindungi titik tekan dan membantu relaksasi otot, mengajarkan tehnik relaksasi serta memberikan masase otot sesaat sebelum klien tidur (Potter & Perry, 2005).

Untuk memenuhi kebutuhan istirahat-tidur dan untuk mengatasi rasa nyeri adalah dengan distraksi, relaksasi, stimulasi kulit, mengatur posisi tidur yang nyaman untuk klien, masase punggung, pengelolaan psikologis (pikiran lebih kuat dari pada tubuh), mendengarkan musik lembut, serta mengkaji kebiasaan klien sebelum tidur (Prihardjo, 1993).

Berdasarkan uraian secara teoritis diatas dan dikaitkan dengan hasil penelitian dapat dilihat bahwa pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur klien setelah pemberian tehnik relaksasi progresif mengalami peningkatan yaitu dengan kategori tidur baik dan tidur cukup. Hal ini disebabkan karena pemberian tehnik relaksasi progresif yang dilakukan dengan baik, dimana klien mendapatkan manfaat berupa kondisi relaks dan peningkatan kenyamanan sehingga dengan mudah klien dapat tertidur.

Pengaruh Tehnik Relaksasi Progresif Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Istirahat-Tidur Klien.

Tabel  4     Hasil uji statistik perbedaan pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur klien sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan uji t-test dengan α = 0,05.

No Variabel Yang Diuji p value t df
1 Pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur klien sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi progresif 0.000 11,481 19

Berdasarkan hasil uji statistik t-test didapatkan nilai t-hitung sebesar 11,481 dengan derajat kebebasan (db) 19 dan taraf signifikansi 0,000. Hasil tersebut bila dibandingkan dengan nilai t-tabel pada α=0,05 dengan derajat kebebasan 19 yaitu 1,729 menunjukan bahwa t-hitung > t-tabel (11,481 > 1,729). Disamping itu hasil pembacaan singkat berdasarkan taraf signifikansi (p-value) didapat nilai p=0,000 dimana nilai tersebut < α=0,05 (tabel 4), dengan demikian maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada efektifitas tehnik relaksasi progresif terhadap pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur klien di ruangan VIP-B RSUD Bima.

Relaksasi progresif merupakan kombinasi latihan pernapasan yang terkontrol dan rangkaian kontraksi serta relaksasi kelompok otot (Potter & Perry, 2006). Klien mulai latihan bernapas dengan perlahan dan menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Saat klien melakukan pola pernapasan yang teratur, perawat mengarahkan klien untuk melokalisasi setiap daerah yang mengalami ketegangan otot, berpikir bagaimana rasanya, menegangkan otot sepenuhnya, dan kemudian merelaksasikan otot-otot tersebut.

Relaksasi progresif sebagai salah satu relaksasi otot pada prinsipnya adalah merelaksasikan 4 kelompok otot besar secara bertahap, yaitu 1) kelompok otot tangan, lengan bawah, biseps, 2) kelompok otot kepala, muka, tenggorokan dan bahu, 3) kelompok otot dada, lambung, otot punggung bawah, 4) kelompok otot paha, pantat, betis dan kaki. Sehingga relaksasi progresif yang diberikan kepada klien dengan gangguan istirahat tidur mampu meningkatkan relaksasi otot-otot besar, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kenyamanan pada klien, kebutuhan istirahat-tidur terpenuhi baik secara kualitas maupun secara kuantitas (Kusyanti,2003).

Kemampuan untuk dapat relaks bergantung pada individu, selain itu tidak ada satupun teknik yang efektif untuk semua orang pada setiap keadaan. Teknik relaksasi dapat membantu mencegah atau meminimalkan gejala fisik akibat stres ketika tubuh bekerja terlalu berlebihan, sehingga mengganggu kebutuhan istirahat-tidur. Tujuan pokok teknik relaksasi adalah untuk menahan terbentuknya respon stres terutama dalam system syaraf dan hormon. Dengan teknik relaksasi dapat mengembalikan tubuh ke kondisi yang tenang. Beberapa teknik relaksasi selain menyebabkan efek yang menenangkan fisik juga dapat menenangkan pikiran. Teknik relaksasi dapat membuat tidur menjadi lebih baik. Relaksasi terdiri dari imajinasi mental, pelatihan otogenik, terapi musik, latihan fisik, pernapasan diafragma, relaksasi progresif, serta meditasi (Davis,1987).

Relaksasi penting sebagai bahan untuk membangun penenang alamiah didalam otak, untuk menolak kekhawatiran atau kemungkinan panik, mencegah penyakit stres, meningkatkan kebutuhan istirahat tidur. Relaksasi itu baik untuk segala sesuatu dan tidak ada pengecualian. Relaksasi dapat menurunkan hormone stres, meningkatkan sistem imunisasi, meningkatkan toleransi terhadap sakit, meningkatkan penenang alamiah, memungkinkan jaringan yang rusak memperbaiki diri, membantu tubuh menjadi awet muda. Relaksasi progresif juga merupakan suatu teknik sistematik untuk mencapai keadaan relaksasi mendalam, teknik ini dapat digunakan untuk menidurkan diri sendiri, melawan suatu serangan panik yang mengancam, menginteruksi penumpukan stres, mencegah gejala-gejala stres dan kekhawatiran (Hart, 2003).

Pemberian relaksasi progresif pada klien yang mengalami gangguan istirahat tidur dapat menurunkan ketegangan fisiologis, meningkatkan relaksasi otot, menurunkan kecemasan sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah. Aliran darah sistemik menjadi lancar, denyut nadi menjadi normal, frekuensi pernapasan menjadi normal, dan mengurangi evaporasi sehingga klien menjadi nyaman dan pikiran menjadi tenang, sebagai akibat dari penurunan aktivitas RAS (Reticullar Activating System) dan peningkatan aktivitas batang otak. Sehingga mampu mengatasi keluhan anxietas, insomnia, kelelahan, kram otot, serta tekanan darah tinggi (Davis, 1987).

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam relaksasi, ada 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu : posisi yang nyaman, pikiran yang tenang, lingkungan yang nyaman. Sehingga relaksasi progresif yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan istirahat tidur mampu meningkatkan relaksasi otot-otot besar yang memberikan kenyamanan pada klien sehingga klien mendapatkan pemenuhan kebutuhan istirahat tidurnya sesuai kualitas dan kuantitas kebutuhannya. Terjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur diduga sebagai akibat dari peningkatan aktivitas RAS, dopamine dan noreprineprine atau sebagai akibat dari penurunan aktivitas sistem batang otak. (Davis, 1987).

Berdasarkan uraian berbagai teori diatas dan dikaitkan dengan hasil penelitian bahwa tehnik relaksasi progresif terbukti efektif dalam memenuhi kebutuhan istirahat-tidur klien, dimana hasil pengukuran tingkat pemenuhan kebutuhann istirahat-tidur klien sebelum dan sesudah diberikan tehnik relaksasi progresif mengalami perubahan yang bermakna. Oleh karena itu tehnik relaksasi progresif dapat dijadikan sebagai salah satu alaternatif tindakan keperawatan mandiri bagi klien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur sehingga kebutuhan istirahat tidur klien dapat terpenuhi baik secara kualitas dan atau kuantitas.

 

 

SIMPULAN DAN SARAN

Pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur klien sebelum diberikan tehnik relaksasi progresif didapatkan bahwa 100% responden dengan kategori tidur kurang. Terjadi peningkatan pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur klien setelah pemberian tehnik relaksasi progresif dimana 12 orang (60%) responden dengan kategori tidur cukup dan sebanyak 8 orang (40%) responden dengan tidur baik atau terpenuhi kebutuhan istirahat tidurnya sedangkan yang tidur kurang tidak ada (0%).

Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, hasil tersebut menunjukan bahwa   t-hitung > t-tabel (11,481 > 1,729) dengan p value = 0,000. Dengan demikian ada pengaruh teknik relaksasi progresif terhadap pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur klien di ruangan VIP-B RSUD Bima.

Tehnik relaksasi progresif sebagai alternatif tindakan mandiri keperawatan pada klien yang mengalami gangguan istirahat-tidur dapat diberlakukan secara institusional dalam bentuk penetapan prosedur kerja tetap di rumah sakit sehingga  meningkatkan profesionalisme perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

 

DAFTAR RUJUKAN

Alimul,A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Aplikasi Konsep Dan Proses Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan : Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Medika. Jakarta.

Davis, Marta.1987. The Relaxation & Stress Reduction Workbook; Alih Bahasa Indonesia; Achiryani S Hamid dan Budi Anna Keliat. EGC. Jakarta.

Guyton, Arthur. 1995. Human Physiology & Mechanisms of Disease. Alih Bahasa Indonesia : Petrus Asdrianto. EGC. Jakarta.

Hardinge & Shryock. 2003. Mencapai Hidup Prima dan Bugar. Indonesia Publishing House. Jakarta.

Hirnle, Constance J; F. Craven. 2000. Fundamental of Nursing ; Human Health And Function. Lippincot Williams Wilkins. 3 rd 227 East Washington Square Philadelphia.

Kusyanti, Eni. 2003. Ketrampilan dan Prosedur Keperawatan Dasar. EGC. Jakarta.

Mija, Kim. 1995. Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa Indonesia: Yasmin Asih. EGC. Jakarta.

Miller C.A. 1995. Nursing Care of Older Adults. J.B. Lippincot Company. Philadelphia.

Nuraini, Tuti. Efi Afifah dan Sri Sugiwati. 2001. Gangguan Pola Tidur 2-11 hari pasca Operasi (Jurnal Keperawatan Indonesia vol 7). FKUI. Jakarta.

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan Praktik; Alih Bahasa, Ratna Komalasari (et al); Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester dkk. Edisi 4. EGC. Jakarta.

Prihardjo, R. 1993. Perawatan Nyeri : Pemenuhan Aktivitas Istirahat Pasien. Editor, Yasmin Asih. EGC. Jakarta.


Aksi

Information

Tinggalkan komentar